Kamis, 26 Februari 2015

FENOMENA ESP (EXTRA SENSORY PERSEPTION)

ESP (Extra-Sensory Perception) merupakan istilah psychic dari indera ke-enam. Setiap manusia memilikinya sejak lahir. Namun kemampuan ini hampir menghilang pada kebanyakan orang, ini karena dari kecil manusia jarang menggunakan indera ini. Ini seperti fenomena de javu, hasrat, semacam itulah. - See more at: http://candramargarena.blogspot.com/2013/02/belajar-esp-extra-sensory-perception.html#sthash.4ARuAiXa.dpuf
ESP (Extra-Sensory Perception) merupakan istilah psychic dari indera ke-enam. Setiap manusia memilikinya sejak lahir. Namun kemampuan ini hampir menghilang pada kebanyakan orang, ini karena dari kecil manusia jarang menggunakan indera ini. Ini seperti fenomena de javu, hasrat, semacam itulah. - See more at: http://candramargarena.blogspot.com/2013/02/belajar-esp-extra-sensory-perception.html#sthash.4ARuAiXa.dpuf
ESP (Extra-Sensory Perception) merupakan istilah psychic dari indera ke-enam. Setiap manusia memilikinya sejak lahir. Namun kemampuan ini hampir menghilang pada kebanyakan orang, ini karena dari kecil manusia jarang menggunakan indera ini. Ini seperti fenomena de javu, hasrat, semacam itulah. - See more at: http://candramargarena.blogspot.com/2013/02/belajar-esp-extra-sensory-perception.html#sthash.4ARuAiXa.dpuf


Manusia diberkati dengan lima indra. Dengan kelima indra tersebut, kita mendengar, melihat, mengecap, mencium, dan meraba lingkungan sekitar kita. Sensasi yang ditangkap indra tersebut memberikan informasi mengenai dunia sekitar kita dan membantu kita mengambil keputusan mengenai lingkungan sekitar kita. Begitupun, beberapa orang mengklaim memiliki indra lain selain panca indra. Indra ini sering dirujuk sebagai indra keenam atau istilah ’kerennya’ extrasensory perception (ESP).
 
 
Extrasensory perception (ESP) sudah dikenalkan semenjak tahun 1870 oleh Sir Richard Burton. Seorang peneliti Perancis, Dr. Paul Joire, pada tahun 1892 menggunakan ESP untuk menjelaskan kemampuan seseorang yang memiliki kemampuan hipnotis atau kemampuan dimana orang tersebut dalam keadaan tak sadarkan diri dapat mengetahui berbagai rasa yang ada di luar tanpa menggunakan indera yang dimilikinya.
Sekitar tahun 1920-an, Ophthalmogist di Munich, Dr. Rudolph Tischner, menggunakan ESP daam menggambarkan the “externalization of sensibility”. Lalu sekitar tahun 1930-an, The American Parapsychologist, J. B. Rhine mempopulerkan masa ini (ESP) dalam mengikutsertakan fenomena psikis dengan fungsi sensory. Sistem studi pertama pada ESP sudah dilakukan pada tahun 1882, di saat komunitas penelitian fisikal sudah menemukannya di London.
 
 ESP adalah persepsi yang muncul tanpa melibatkan proses sensoris umum seperti mendengar, melihat, meraba, merasa, dan mencium. ESP diyakini mampu membuat seseorang melakukan paling tidak salah satu dari ketiga hal berikut:
 
[1] Telepati, yakni kemampuan untuk menyampaikan pesan pikiran kepada orang lain tanpa berbicara atau memberi isyarat. Orang yang memiliki ‘kekuatan’ ini mampu membaca pikiran orang lain. Semisal ketika dua orang bermain kartu, maka orang dengan kemampuan telepati dapat ‘membaca’ kartu apa yang akan dipilih oleh lawan mainnya.
 
[2] Clairvoyance, yakni kemampuan untuk melihat hal yang berada jauh darinya. Kemampuan ini serupa dengan kemampuan GPS atau Google Earth yang mampu mendeteksi hal-hal yang terletak jauh dari kita. Saya jadi teringat kisah seorang kerabat yang mencari jasa seorang dukun untuk mengetahui letak sepeda motornya yang dicuri orang. Dukun tersebut mungkin saja memiliki kemampuan clairvoyance.
 
[3] Psikokinesis, yakni kemampuan untuk menggerakkan benda hanya dengan kekuatan pikiran; tanpa sedikitpun menyentuhnya. Dengan kekuatan ini seseorang bahkan dapat memecahkan gelas hanya dengan menatapnya.
 
[4] Prekognisi, yakni kemampuan untuk ‘mengetahui’ peristiwa yang belum terjadi alias meramal.
 
Kemampuan keempat dari daftar di atas –prekognisi – menjadi laris manis menjelang pergantian tahun. Media cetak dan elektronik seolah beramai-ramai membeberkan ’teropong batin’ dari ’peramal-peramal’ mengenai apa yang terjadi di tahun mendatang. Beberapa ramalan itu terkadang mendekati kenyataan dan mengukuhkan kepercayaan publik pada perkataan-perkataan para ’peramal’ tersebut. Padahal, bila ditelaah tidak ada penjelasan logis atas hal tersebut.
 
Penjelasan logis atas ESP telah diupayakan oleh beberapa ahli sejak beberapa dekade lalu, dan tetap menjadi kontroversi hingga saat ini. Para pendukung ESP menyatakan bahwa kemampuan ESP cenderung muncul saat individu dalam keadaan rileks, setengah sadar atau setengah tidur, melamun, ataupun di bawah pengaruh hipnotis. Pendapat lain yang berasal dari gerakan new age  menyatakan datangnya ’generasi baru’ di tengah peradaban yang memiliki kemampuan ESP. Generasi ini dinamakan anak-anak indigo –dinamakan demikian karena diyakini memiliki warna aura biru gelap keunguan alias indigo – dan anak-anak kristal atau pelangi.
 
Anak-anak indigo dikatakan lahir pada era 80-an dan memiliki seperangkat atribut seperti:
[1] sangat peka dan punya tujuan jelas dalam hidupnya
[2] berkemauan keras dan independen; sering menentang otoritas
[3] empatik
[4] tertarik pada hal-hal yang bersifat spiritual.
[5] menunjukkan pola pikir yang lebih dewasa ketimbang usia kronologisnya

Anak Indigo diyakini memancarkan aura berwarna indigo
 
Anak-anak indigo cenderung bertemperamen keras alias pembangkang karena, menurut keyakinan ini, mereka datang untuk menghancurkan tatanan lama dan membangun tatanan dunia baru yang lebih harmonis. Jenis lain ’generasi baru’ yang datang di muka bumi adalah anak-anak kristal atau pelangi –yang juga dinamakan sesuai aura mereka. Generasi ini dikatakan lahir antara tahun 1980 hingga 2010 mendatang.
 
Dibandingkan dengan anak indigo, anak kristal berpembawaan lebih tenang, dengan seperangkat atribut antara lain sebagai berikut:
[1] penyayang dan pemaaf
[2] terbuka hanya pada orang yang mereka percaya
[3] memiliki kemampuan menyembuhkan
[4] mampu berkomunikasi menggunakan telepati
[5] menyukai musik
[6] mulai bicara pada usia 3 – 4 tahun
[7] penyabar
[8] pemilih dalam hal makanan.
 
Saya jadi tergoda untuk berpikir bila pendapat tersebut benar, maka banyak pengusaha bidang komunikasi bakal gulung tikar. Pasalnya, bila hampir semua orang yang lahir pada era 80-an hingga 2000-an dapat berkomunikasi dengan telepati, maka makin sedikit orang yang membutuhkan telepon genggam, messenger, ataupun e-mail. Tugas guru pastinya juga akan bertambah mudah; tidak perlu menghabiskan energi terlalu banyak untuk mengajar karena anak-anak sudah bisa membaca pikirannya. Asyik bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar